BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pembelajaran merupakan sebuah proses menuju tercapainya tujuan pendidikan. Dalam hal ini, proses
pembelajaran sangatlah menentukan hendak kemana anak didik itu akan
dibawa. Berbagai macam model pembelajaranpun dilaksanakan untuk meraih
tujuan yang ideal. Karena proses pembelajaran merupakan bagian yang
integral dari pendidikan.
Dalam
konteksnya dengan teori belajar dan pembelajaran yang diintegrasikan
kedalam pendidikan Islam, beberapa teori belajar dan pembelajaran
ditawarkan untuk bisa diterapkan. Diantara teori belajar pembelajaran tersebut adalah teori behavioristik dan kognitivistik.
Teori ini membuat suatu gambaran dari miniature problematika kehidupan
yang akan dihadapi oleh peserta didik dan guru sebagai pengajar.
Berangkat dari sebuah pengalaman yang dimainkan dan dilakukan oleh para
ahli pembelajaran, menggambarkan tentang berbagai kegiatan dan
aktifitas kehidupan sehari-hari, baik dalam hubungannya dengan ibadah,
maupun dalam kaitannnya dengan muamalah.
Akan menjadi sebuah kesulitan
bagi guru apabila kurang memahami teori pembelajaran proses belajar
mengajar yang dilakukan tidak sesuai dengan harapan. Disinilah sejatinya peran seorang pendidik untuk memilih peran-peran penting yang sekiranya akan ketika mengajar didepan peserta didik.
Secara umum kita bisa memahami teori apa yang akan kita gunakan apabila
sebagai guru yang mengajarkan tentang Pendidikan Agama Islam untuk
menerapkan teori tersebut ,Maka dalam makalah ini akan dibahas tentang
berbagai teori pembelajaran baik itu dari teori barat maupun teori dari
ahli-ahli Muslim.
Lalu
yang menjadi realita dilapangan bahwa pendidik belum banyak memahami
dan mendalami teori-teori belajar yang sesuai dan dapat diterapkan dalam
proses belajar mengajar terutama pada mata pelajaran Pendidikan agama
Islam.
Beranjak dari beberapa permasalahan diatas, maka penulis dalam kesempatan ini mengemukakan dua poin rumusan masalah sebagai berikut ;
B. Rumusan masalah
Masalah yang penulis angkat dalam makalah ini adalah ;
1. Apakah yang dimaksud dengan teori belajar dan pembelajaran?
2. Bagaimanakah pendapat para ahli pendidikan terhadap teori belajar dan pembelajaran pendidikan agama Islam ?
C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk mengetahui dan memahami apa yang dimaksud dengan teori belajar dan pembelajaran.
2. Untuk mengetahui dan memahami pendapat para ahli pendidikan dalam teori belajar dan pembelajaran pendidikan agama Islam.
BAB II
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
TEORI BELAJAR DAN PEMBELAJARAN
A. Hakikat Belajar
Belajar
merupakan proses manusia untuk mencapai berbagai macam kompetensi,
keterampilan, dan sikap. Belajar dimulai sejak manusia lahir sampai
akhir hayat.
Kemampuan
manusia untuk belajar merupakan karakteristik penting yang membedakan
manusia dengan makhluk hidup lainnya. Belajar mempunyai keuntungan, baik
bagi individu maupun bagi masyarakat. Bagi individu, kemampuan untuk
belajar secara terus akan memberikan kontribusi terhadap pengembangan
kualitas hidupnya. Sedangkan bagi masyarakat, belajar mempunyai peran
yang penting dalam mentransmisikan budaya dan pengetahuan dari generasi
ke generasi ( Bell-Gredler, 1986). Pengertian belajar itu cukup luas dan
tidak hanya sebagai kegiatan di bangku sekolah saja.
bahwa
belajar adalah sebuah kegiatan untuk mencapai kepandaian atau ilmu. Di
sini, usaha untuk mencapai kepandaian atau ilmu merupakan usaha manusia
untuk memenuhi kebutuhannya mendapatkan ilmu atau kepandaian yang belum
dipunyai sebelumnya.Dengan demikian, belajar dapat membawa perubahan
bagi si pelaku, baik perubahan pengetahuan, sikap, maupun keterampilan.
Dengan perubahan-perubahan tersebut, tentunya si pelaku juga akan
terbantu dalam memecahkan permasalahan hidup dan bisa menyesuaikan diri
dengan lingkungannya.
1. Pengertian Belajar
Dalam
kamus besar bahasa Indonesia, secara etimologi belajar memiliki arti
“berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu”. Definisi ini memiliki
pengertian bahwa belajar adalah sebuah kegiatan untuk mencapai
kepandaian atau ilmu. Di sini, usaha untuk mencapai kepandaian atau ilmu
merupakan usaha manusia untuk memenuhi kebutuhannya mendapatkan ilmu
atau kepandaian yang belum dipunyai sebelumnya. Sehingga dengan belajar
itu manusia menjadi tahu, memahami, mengerti, dapat melaksanakan dan
memiliki tentang sesuatu (Fudyartanto, 2002).Sedangkan menurut Hilgrad
dan Bower (Fudyartanto, 2002), belajar (to learn) memiliki arti:
a. to again knowledge, comprehension, or mastery of trough experience or study
b. to fix in the mind or memory: memorize;
c. to acquire trough experience;
d. to become in forme of to find out
Menurut
definisi tersebut, belajar memiliki pengertian memperoleh pengetahuan
atau menguasai pengetahuan melalui pengalaman, mengingat, menguasai
pengalaman, dan mendapatkan informasi atau menemukan. Dengan demikian,
belajar memiliki arti dasar adanya aktivitas atau kegiatan dan
penguasaan tentang sesuatu.
Dalam hal ini, banyak ahli yang mengemukakan pengertian pelajar.Pertama, Cronbach (1954), menurut Cronbach, “Learning is shown by change in behavior as result of experience”. Belajar yang terbaik adalah melalui pengalaman. Pendapat ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Spears
(1955), yang menyatakan bahwa “Learning is to observe, to read, to imitate, to try something themselves, to listen, to follow direction”.
Kedua,
Morgan dan kawan-kawan (1986), yang menyatakan bahwa belajar adalah
perubahan tingkah laku yang relatif tetap dan terjadi sebagai hasil
latihan atau pengalaman.
Belajar
merupakan proses yang dapat menyebabkan perubahan tingkah laku
disebabkan adanya reaksi terhadap suatu situasi tertentu atau adanya
proses internal yang terjadi di dalam diri seseorang. Perubahan ini
tidak terjadi karena adanya warisan genetic atau respon secara alamiah,
kedewasaan, atau keadaan organisme yang bersifat temporer, seperti
kelelahan, pengaruh obat-obatan rasa takut, dan sebagainya. Melainkan
perubahan dalam pemahaman, perilaku, persepsi, motivasi, atau gabungan
dari semuanya (Soekamto & Winataputra, 1997).
Woolfolk (1995) juga menyatakan bahwa “learning accurs when experience causes a relatively permanent change in an individual’s knowledge or behavior”.
Disengaja atau tidak, perubahan yang terjadi melalui proses belajar ini
bisa saja ke arah yang lebih baik atau malah sebaliknya, kearah yang
salah.
Sedangkan
para ahli pendidikan memandang bahwa belajar adalah proses perubahan
manusia kearah tujuan yang lebih baik dan bermanfaat bagi dirinya maupun
orang lain.
2.Ciri-Ciri Belajar
Dari beberapa definisi para ahli di atas, dapat disimpulkan adanya beberapa ciri belajar yaitu :
a.
Belajar ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku (change
Behavior). Ini berarti, bahwa hasil dari belajar hanya dapat diamati
dari tingkah laku, yaitu adanya perubahan tingkah laku, dari tidak tahu
menjadi tahu, dari tidak terampil menjadi terampil. Tanpa
mengamati tingkah laku hasil belajar, kita tidak akan dapat mengetahui
ada tidak adanya hasil belajar;
b.
Perubahan perilaku relative permanent. Ini berarti, bahwa perubahan
tingkah laku yang terjadi karena belajar untuk waktu tertentu akan tetap
atau tidak berubah-ubah. Tetapi, perubahan tingkah laku tersebut tidak
akan terpancang seumur hidup;
c.
Perubahan tingkah laku tidak harus segera dapat diamati pada saat
proses belajar sedang berlangsung, perubahan perilaku tersebut bersifat
potensial;
d. Perubahan tingkah laku merupakan hasil latihan atau pengalaman;
e.
Pengalaman atau latihan itu dapat memberi penguatan. Sesuatu yang
memperkuat itu akan memberikan semangat atau dorongan untuk mengubah
tingkah laku.
3. Prinsip-Prinsip Belajar
Di
dalam tugas melaksanakan proses belajar mengajar, seorang guru perlu
memperhatikan beberapa prinsip belajar berikut (Soekamto dan
Winataputra, 1997).
a. Apa pun yang dipelajari siswa, dialah yang harus belajar, bukan orang lain. Untuk itu, siswalah yang harus bertindak aktif.
b. Setiap siswa belajar sesuai dengan tingkat kemampuannya.
c. Siswa akan dapat belajar dengan baik bila mendapat penguatan langsung pada setiap langkah yang dilakukan selama proses belajar.
d. Penguasaan yang sempurna dari setiap langkah yang dilakukan siswa akan membuat proses belajar lebih berarti.
e. Motivasi belajar siswa akan lebih meningkat apabila ia diberi tanggung jawab dan kepercayaan penuh atas belajarnya.
B. Proses Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses Belajar
Proses
belajar adalah serangkaian aktivitas yang terjadi pada pusat saraf
individu yang belajar. Proses belajar terjadi secara abstrak, karena
terjadi secara mental dan tidak dapat diamati.
Menurut
Gagne (Winkel, 2007), proses belajar, terutama belajar yang terjadi di
sekolah, itu melalui tahap-tahap atau fase-fase : motivasi, konsentrasi,
mengolah, menggali 1, menggali 2, prestasi dan umpan balik. Tahap-tahap
atau fase- fase tersebut digambarkan dalam tabel 1.1. (lihat lampiran)
1.Dalam proses belajar, tahap pertama adalah sebagai berikut :
a. Tahap motivasi. Tahap motivasi, yaitu saat motivasi dan keinginan siswa untuk melakukan kegiatan belajar bangkit.
b. Tahap
Konsentrasi, yaitu saat siswa harus memusatkan perhatian, yang telah
ada pada tahap motivasi, untuk tertuju pada hal-hal yang relevan dengan
apa yang akan dipelajari.
c. Tahap
Mengolah, siswa menahan informasi yang diterima dari guru
dalamShortTermMemory, atau tempat penyimpanan ingatan jangka pendek ,
kemudian mengolah informasi-informasi untuk diberi makna (meaning)
berupa sandi- sandi sesuai dengan penangkapan masing-masing.
d. Tahap
Menyimpan, yaitu siswa menyimpan simbol- simbol hasil olahan yang telah
diberi makna ke dalam Long Term Memory (LTM) atau gudang ingatan jangka
panjang. Pada tahap ini hasil belajar sudah diperoleh, baik baru
sebagian, maupun keseluruhan. Perubahan-perubahan pun sudah terjadi,
baik perubahan-perubahan, sikap, maupun keterampilan.
e. Tahap
Menggali, yaitu siswa menggali informasi yang telah disimpan dalam LTM
ke STM untuk dikaitkan dengan informasi baru yang dia terima. Ini
terjadi pada pelajaran waktu berikutnya yang merupakan kelanjutan
pelajaran sebelumnya. menggali informasi yang telah disimpan dalam LTM
untuk persiapan fase prestasi, baik langsung maupun melalui STM. Tahap
menggali 2 diperlukan untuk kepentingan kerja, menyelesaikan tugas,
menjawab pertanyaan atau soal/latihan.
f. Tahap
Prestasi, informasi yang telah tergali pada tahap sebelumnya digunakan
untuk menunjukkan prestasi yang merupakan hasil belajar. Hasil belajar
itu, misalnya, berupa keterampilan mengerjakan sesuatu, kemampuan
menjawab soal atau menyelesaikan tugas.
g. Tahap Umpan Balik, siswa memperoleh penguatan (konfirmasi) saat perasaan puas atas prestasi yang ditunjukkan.
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses Belajar
Secara
umum faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar dibedakan atas dua
kategori, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
a. Faktor internal
Faktor internal adalah faktor Pertama yaitu
keadaan fungsi jasmani/fisiologis. Selama proses belajar berlangsung,
peran fungsi fisiologi pada tubuh manusia sangat mernpengaruhi hasil
belajar, terutama pancaindera. Pancaindera yang berfungsi dengan baik
akan rnempermudah aktivitas belajar dengan baik pula. Pancaindera yang
memiliki peran besar dalam aktivitas belajar adalah mata dan telinga. Kedua adalah
Faktor psikologis adalah keadaan psikologis seseorang yang dapat
mempengaruhi proses belajar. Beberapa faktor psikologis yang utama
mernpengaruhi proses belajar adalah: kecerdasan siswa, motivasi, minat,
sikap, dan bakat. Kecerdasan/int1igensi siswa .
1. Motivasi
Motivasi
adalah salah satu faktor yang mempengaruhi keefektifan kegiatan belajar
siswa. Motivasilah yang mendorong siswa ingin melakukan kegiatan
belajar.
Motivasi juga diartikan sebagai pengaruh kebutuhan- kebutuhan dan keinginan terhadap intensitas dan arah perilaku seseorang.
Motivasi
intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsic adalah semua
faktor yang berasal dan dalam diri individu dan memberikan dorongan
untuk melakukan sesuatu.
Dalam
proses belajar, motivasi intrinsic memiliki pengaruh yang lebih
efektif, karena motivasi intrinsic relatif lebih lama dan tidak
tergantung pada motivasi dan luar (ekstrinsic).
Menurut Arden N. Frandsen (Hayinah, 1992), yang termasuk dalam motivasi intrinsik untuk belajar antara lain adalah:
a. Dorongan ingin tahu dan ingin menyelediki dunia yang lebih luas;
b. Adanya sifat positif dan kreatif yang ada pada manusia dan keinginan untuk maju;
c. Adanya keinginan untuk mencapai prestasi sehingga mendapat dukungan dan orang-orang penting, misalkan orang tua, saudara, guru, atau teman-teman, dan lain sebagainya;
d. Adanya kebutuhan untuk menguasai ilmu atau pengetahuan yang berguna bagi dirinya, dan lain-lain.
Motivasi
ekstrinsik adalah faktor yang datang dan luar diri individu tetapi
memberi pengaruh terhadap kemauan untuk belajar. Seperti pujian,
peraturan, tata tertib, teladan guru, orang tua, dan lain sebagainya.
2. Minat
Secara
sederhana, minat (interest) berarti kecenderungan dan kegairahan yang
tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Menurut Reber (Syah,
2003), minat bukanlah istilah yang populer dalam psikologi disebabkan
ketergantungannya terhadap berbagai faktor internal lainnya, seperti
pemusatan perhatian, keingintahuan, motivasi, dan kebutuhan.
Minat
sama halnya dengan kecerdasan dan motivasi, karena memberi pengaruh
terhadap aktivitas belajar. Oleh karena itu, dalam konteks belajar di
kelas, seorang guru atau pendidik 1ainnya perlu membangkitkan minat
siswa agar tertarik terhadap materi pelajaran yang akan dipelajarinya.
Untuk
membangkitkan minat belajar siswa tersebut, banyak cara yang bisa
digunakan. Antara lain,pertama, dengan membuat materi yang akan
dipelajari semenarik mungkin dan tidak membosankan, baik dari bentuk
buku materi, desain pembelajaran yang membebaskan siswa untuk mengekspor
apa yang dipelajari, melibatkan seluruh domain belajar siswa (kognitif,
afektif, psikomotorik) sehingga siswa menjadi aktif, maupun performansi
guru yang menarik saat mengajar.Kedua, pemilihan jurusan atau bidang
studi.
3. Sikap Dalam proses belajar,
Sikap
individu dapat mempengaruhi keberhasilan proses be1ajar. Sikap adalah
gejala internal yang berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi
atau me respons dengan cara yang relatif tetap terhadap objek, orang,
peristiwa dan sebagainya. Baik secara positif maupun negatif (Syah,
2003)
4. Bakat
Faktor
psikologis lain yang mempengaruhi proses belajar adalah bakat. Secara
umum, bakat (aptitude) di definisikan sebagai kemampuan , potensial yang
dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan
datang (Syah. 2003). Berkaitan dengan belajar, Salvin (1994)
mendefinisikan bakat sebagai kemampuan umum yang dimiliki seorang siswa
untuk belajar.
Individu
yang telah memiliki bakat tertentu, akan lebih mudah menyerap segala
informasi rang berhubungan dengan bakat yang dimilikinya.
b. Faktor-faktor eksogen/eksternal.
Selain karakteristik siswa atau faktor-factor endogen, faktor-faktor eksternal juga dapat mempengaruhi proses belajar siswa.
Faktor-faktor
eksternal yang mempengaruhi belajar dapat digolongkan menjadi dua
golongan, yaitu faktor lingkungan sosial dan faktor lingkungan non
sosial.
1. lingkungan sosial
a.
Lingkungan sosial sekolah. Seperti guru, administrasi, dan teman-teman
sekelas dapat mempengaruhi proses belajar seorang siswa.
b. lingkungan sosial masyarakat. Kondisi lingkungan masyarakat tempat tinggal siswa akan mempengaruhi belajar siswa.
c.
Lingkungan sosial ke1uarga. Lingkungan ini sangat mempengaruhi kegiatan
belajar. Ketegangan keluarga, sifat- sifat orang tua demografi keluarga
(letak rumah), pengelolaan keluarga, semuanya dapat memberi dampak
terhadap aktivitas belajar siswa.
2. Lingkungan non sosial.
Faktor- faktor yang termasuk lingkungan non sosial adalah:
a.
Lingkungan alamiah seperti kondisi udara yang segar, tidak panas dan
tidak dingin, sinar yang tidak terlalu silau/kuat, atau tidak terlalu
lemah/gelap, suasana yang sejuk dan tenang.
b.
Faktor instrumental, yaitu perangkat belajar yang dapat digolongkan dua
macam. Pertama, hardware seperti gedung sekolah, alat-alat belajar,
fasilitas belajar, lapangan olahraga dan lain sebagainya. Kedua,
software, seperti kurikulum sekolah, peraturan-peraturan sekolah, buku
panduan, silabi, dan lain sebagainya.
c. Faktor materi pelajaran (yang diajarkan ke siswa). Faktor ini hendaknya disesuaikan dengan usia perkembangan siswa.
C. KONSEP BELAJAR MENURUT ISLAM
Islam
sebagai agama rabmah Ii al- ‘alamin sangat mewajibkan umatnya untuk
selalu belajar. Bahkan, Allah mengawali menurunkan Al-Quran sebagai
pedoman hidup manusia dengan ayat yang memerintahkan rasul-Nya, Muhammad
Saw, untuk membaca dan membaca (iqra).Iqra merupakan salah satu
perwujudan dari aktivitas belajar. Dan dalam arti yang luas, manusia
dapat mengembangkan pengetahuan dan memperbaiki kehidupannya.
1. Konsep Belajar menurut Al-Quran dan Hadis
Sa1ah satu yang membedakan manusia dengan makhluk yang lain adalah kemampuannya untuk belajar.
Karena itu, kemampuan belajar adalah salah satu di antara banyak nikmat yang diberikan Allah kepada manusia.
a. Belajar dalam Pandangan Al-Quran dan Hadis
Ajaran
agama sebagai pedoman hidup manusia juga menganjurkan manusia untuk
selalu melakukan kegiatan belajar. Kendati tidak ada ajaran agama yang
secara detail membahas tentang belajar, namun setiap ajaran agama, baik
secara eksplisit maupun implisit, telah menyinggung bahwa belajar adalah
aktivitas yang dapat memberikan kebaikan kepada manusia.
Aktivitas
belajar sangat baik dengan proses pencarian ilmu. Islam sangat
menekankan terhadap pentingnya ilmu, Al- Quran dan Hadis mengajak kaum
Muslim untuk mencari dan mendapatkan ilmu dan kearifan, serta
menempatkan orang- orang yang berpengetahuan pada derajat yang tinggi.
Di
dalam Al-Quran, kataal-ilm dan kata-kata turunannya digunakan lebih
dari 780 kali. Beberapa ayat pertama yang diwahyukan kepada Rasulullah
,menyebutkan pentingnya membaca, pena, dan ajaran untuk manusia.
Pada ayat pertama dalam surat Al- Alaq terdapat kata iqra’, yang melalui malaikat Jibril, Allah memerintahkan kepada Muhammad untuk “membaca”.
Menurut
Quraish Shihab (1997),igra’ berasal dan akar kata yang berarti
menghimpun. Dari menghimpun inilah lahir aneka makna seperti
menyampaikan, menelaah, mendalami, meneliti, mengetahui ciri-ciri
sesuatu, dan membaca baik teks tertulis maupun tidak.
Iqra’
berarti bacalah, telitilah, dalamilah, ketahuilah ciri-ciri sesuatu,
bacalah alam, tanda-tanda sejarah, diri sendiri, yang tertulis maupun
tidak, dengan kata lain, objek perintahig ra’ itu mencakup segala
sesuatu yang dapat dijangkau.
Beberapa hadis tentang pentingnya belajar dan menuntut ilmu, antara lain adalah: mencari ilmu itu wajib bagi setiap Muslim; Carilah ilmu walaupun di negeri Cina Carilah ilmu sejak dalam buaian hingga ke liang lahat;
Para ulama ini adalah pewaris para Nabi Pada hari kiamat ditimbangkan
tinta ulama dengan darah syuhada, maka tinta ulama dilebihkan dari darah
syuhada.
2. Arti Penting Belajar Menurut Al-Quran
Agama Islam sangat menganjurkan kepada manusia untuk selalu belajar. Bahkan, Islam mewajibkan kepada setiap orang yang beriman untuk belajar.
Beberapa hal penting yang berkaitan dengan belajar, antara lain, adalah :
a.
Bahwa orang yang belajar akan dapat memiliki ilmu pengetahuan yang akan
berguna untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapi oleh manusia
dalam kehidupan.
b.
Allah melarang manusia untuk tidak mengetahui segala sesuatu yang
manusia lakukan. Apapun yang dilakukan, manusia harus mengetahui kenapa
mereka melakukannya. Dengan belajar pula manusia akan memiliki ilmu
pengetahuan dan terhindar dari taqlid buta.
c.
Dengan ilmu yang dimiliki manusia melalui proses belajar, maka Allah
akan memberikan derajat yang lebih tinggi kepada hambanya.
3. Cara Belajar
Salah
satu ciri dari aktivitas belajar menurut para ahli pendidikan dan
psikologi adalah adanya perubahan tingkah laku masih menurut para ahli
pendidikan dan psikologi perubahan prilaku itu merupakan hasil dan
kegiatan belajar yang dicapai dengan cara latihan maupun pengalaman.
Dalam Al-Quran, cara belajar untuk menghasilkan perubahan tingkah laku tersebut dapat ditempuh dengan dua cara. Pertama, ilmu kasbi(atau perubahan dengan cara usaha) dan yang diperoleh tanpa usaha manusia (ilmu laduni). Namun baik ilmu Laduni maupun ilmu kasbi
Dalam
Al-Quran, cara belajar yang membutuhkan usaha manusia, sebagaimana
dikemukan oleh Najati (2005), dapat melalui meniru (imitasi), coba-coba
(trial and error), atau melalui pemikiran membuat logis.
Al-Quran mengemukakan sebuah contoh tentang bagaimana manusia belajar dengan cara meniru, yaitu peristiwa pembunuhan Habil oleh saudara kandungnya Qabil (QS Al- Mâ’idah [5]: 31 :
y]yèt7sù ª!$# $\/#{äî ß]ysö7tƒ ’Îû ÇÚö‘F{$# ¼çmtƒÎŽãÏ9 y#ø‹x. ”Í‘ºuqムnouäöqy™ Ïm‹Åzr& 4 tA$s% #ÓtLn=÷ƒuq»tƒ ßN÷“yftãr& ÷br& tbqä.r& Ÿ@÷WÏB #x‹»yd É>#{äóø9$# y“Í‘ºuré'sù nouäöqy™ ÓÅr& ( yxt7ô¹r'sù z`ÏB tûüÏBω»¨Y9$# ÇÌÊÈ
Artinya : Kemudian
Allah menyuruh seekor burung gagak menggali-gali di bumi untuk
memperlihatkan kepadanya (Qabil) bagaimana seharusnya menguburkan mayat
saudaranya[410]. Berkata Qabil: "Aduhai celaka aku, Mengapa Aku tidak
mampu berbuat seperti burung gagak ini, lalu Aku dapat menguburkan mayat
saudaraku ini?" Karena itu jadilah dia seorang diantara orang-orang
yang menyesal. ( Al Maidah : 31 ).
bagaimana
mengurus jenazah saudaranya lalu Allah mengirim burung gagak yang
menggali tanah untuk mengubur burung gagak lain yang telah dibunuhnya.
Qabil mengamati perilaku burung gagak tersebut, kemudian ia mengubur
dengan mengubur jasad Habil. Pengalaman praktis dan trial and error
Selain melalui cara meniru, manusia belajar dengan menggunakan
pengalaman praktis dan coba-coba (trial and error). Dalam kehidupannya
manusia terkadang menghadapi situasi-situasi baru yang harus dipelajari
bagaimana merespon Nya atau menyekapinya. Terkadang beberapa respons
tepat, tetapi kadang respons manusia terhadap yang dihadapinya bersifat
coba-coba atautrial and error.
Berpikir
Cara lain yang digunakan oleh manusia untuk belajar adalah berpikir.
Pada saat berpikir, manusia belajar membuat solusi atas segala
persoalan, mengungkapkan korelasi antara berbagai objek dan peristiwa,
melahirkan prinsip dan teori, dan menemukan berbagai penemuan baru. Oleh
karena itu para psikolog menyebut berpikir sebagai proses belajar yang
paling tinggi.
Di
antara ayat-ayat A1-Quran yang memberikan bukti, argumen, dan mendorong
manusia untuk berpikir tentang kebesaran Allah adalah QS Al-Ghasyiah (88): 17-20 :
Ÿxsùr& tbrãÝàYtƒ ’n<Î) È@Î/M}$# y#ø‹Ÿ2 ôMs)Î=äz ÇÊÐÈ ’n<Î)ur Ïä!$uK¡¡9$# y#ø‹Ÿ2 ôMyèÏùâ‘ ÇÊÑÈ ’n<Î)ur ÉA$t6Ågø:$# y#ø‹x. ôMt6ÅÁçR ÇÊÒÈ ’n<Î)ur ÇÚö‘F{$# y#ø‹x. ôMysÏÜß™ ÇËÉÈ
Artinya : Maka
apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana dia diciptakan. Dan
langit, bagaimana ia ditinggikan?Dan gunung-gunung bagaimana ia
ditegakkan?Dan bumi bagaimana ia dihamparkan? ( Al Ghasiyah :17-20).
Surat Qaf [50]: 6- 10 :
óOn=sùr& (#ÿrãÝàZtƒ ’n<Î) Ïä!$yJ¡¡9$# ôMßgs%öqsù y#ø‹x. $yg»oYø‹t^t/ $yg»¨Yƒy—ur $tBur $olm; `ÏB 8lrãèù ÇÏÈ uÚö‘F{$#ur $yg»tR÷Šy‰tB $uZøŠs)ø9r&ur $pkŽÏù zÓÅ›ºuru‘ $uZ÷Fu;/Rr&ur $pkŽÏù `ÏB Èe@ä. £l÷ry— 8kŠÎgt/ ÇÐÈ ZouŽÅÇö7s? 3“tø.ÏŒur Èe@ä3Ï9 7‰ö6tã 5=ŠÏY•B ÇÑÈ $uZø9¨“tRur z`ÏB Ïä!$yJ¡¡9$# [ä!$tB %Z.t»t6•B $uZ÷Gu;/Rr'sù ¾ÏmÎ/ ;M»¨Zy_ ¡=ymur ωŠÅÁptø:$# ÇÒÈ Ÿ@÷‚¨Z9$#ur ;M»s)Å™$t/ $ol°; Óìù=sÛ Ó‰‹ÅÒ¯R ÇÊÉÈ
Artinya : Maka apakah mereka tidak melihat akan langit yang ada di atas mereka, bagaimana kami meninggikannya dan menghiasinya dan langit itu tidak mempunyai retak-retak sedikitpun ?
Dan
kami hamparkan bumi itu dan kami letakkan padanya gunung-gunung yang
kokoh dan kami tumbuhkan padanya segala macam tanaman yang indah
dipandang mata,
Untuk menjadi pelajaran dan peringatan bagi tiap-tiap hamba yang kembali (mengingat Allah).
Dan
kami turunkan dari langit air yang banyak manfaatnya lalu kami
tumbuhkan dengan air itu pohon-pohon dan biji-biji tanaman yang diketam,
Dan pohon kurma yang tinggi-tinggi yang mempunyai mayang yang bersusun- susun, ( QS. Qaf : 6-10 ).
Surat Al- An’am [6] 74-79;
øŒÎ)ur tA$s% ÞOŠÏdºtö/Î) ÏmŠÎ/L{ u‘y—#uä ä‹Ï‚Gs?r& $·B$uZô¹r& ºpygÏ9#uä ( þ’ÎoTÎ) y71u‘r& y7tBöqs%ur ’Îû 9@»n=|Ê &ûüÎ7•B ÇÐÍÈ šÏ9ºx‹x.ur ü“ÌçR zOŠÏdºtö/Î) |Nqä3n=tB ÏNºuq»yJ¡¡9$# ÇÚö‘F{$#ur tbqä3u‹Ï9ur z`ÏB tûüÏYÏ%qßJø9$# ÇÐÎÈ $£Jn=sù £`y_ Ïmø‹n=tã ã@ø‹©9$# #uäu‘ $Y6x.öqx. ( tA$s% #x‹»yd ’În1u‘ ( !$£Jn=sù Ÿ@sùr& tA$s% Iw =Ïmé& šúüÎ=ÏùFy$# ÇÐÏÈ $£Jn=sù #uäu‘ tyJs)ø9$# $ZîΗ$t/ tA$s% #x‹»yd ’În1u‘ ( !$£Jn=sù Ÿ@sùr& tA$s% ûÈõs9 öN©9 ’ÎTωöku‰ ’În1u‘ žúsðqà2V{ z`ÏB ÏQöqs)ø9$# tû,Îk!!$žÒ9$# ÇÐÐÈ $£Jn=sù #uäu‘ }§ôJ¤±9$# ZpxîΗ$t/ tA$s% #x‹»yd ’În1u‘ !#x‹»yd çŽt9ò2r& ( !$£Jn=sù ôMn=sùr& tA$s% ÉQöqs)»tƒ ’ÎoTÎ) Öäü“Ìt/ $£JÏiB tbqä.ÎŽô³è@ ÇÐÑÈ ’ÎoTÎ) àMôg§_ur }‘Îgô_ur “Ï%©#Ï9 tsÜsù ÅVºuq»yJ¡¡9$# šßö‘F{$#ur $Zÿ‹ÏZym ( !$tBur O$tRr& šÆÏB šúüÏ.ÎŽô³ßJø9$# ÇÐÒÈ
Artinya : Dan
(Ingatlah) di waktu Ibrahim Berkata kepada bapaknya, Aazar[489],
"Pantaskah kamu menjadikan berhala-berhala sebagai tuhan-tuhan? Sesungguhnya Aku melihat kamu dan kaummu dalam kesesatan yang nyata."
Dan
Demikianlah kami perlihatkan kepada Ibrahim tanda-tanda keagungan (Kami
yang terdapat) di langit dan bumi dan (Kami memperlihatkannya) agar dia
termasuk orang yang yakin.
Ketika
malam Telah gelap, dia melihat sebuah bintang (lalu) dia berkata:
"Inilah Tuhanku", tetapi tatkala bintang itu tenggelam dia berkata:
"Saya tidak suka kepada yang tenggelam."
Kemudian
tatkala dia melihat bulan terbit dia berkata: "Inilah Tuhanku". tetapi
setelah bulan itu terbenam, dia berkata: "Sesungguhnya jika Tuhanku
tidak memberi petunjuk kepadaku, Pastilah Aku termasuk orang yang
sesat."
Kemudian
tatkala ia melihat matahari terbit, dia berkata: "Inilah Tuhanku, Ini
yang lebih besar". Maka tatkala matahari itu terbenam, dia berkata: "Hai
kaumku, Sesungguhnya Aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan.
Sesungguhnya
Aku menghadapkan diriku kepada Rabb yang menciptakan langit dan bumi,
dengan cenderung kepada agama yang benar, dan Aku bukanlah termasuk
orang-orang yang mempersekutukan Tuhan. . ( QS. Al-An’am : 74-79 )
Surat Al-Shâffât [37]: 95 :
tA$s% tbr߉ç7÷ès?r& $tB tbqçGÅs÷Ys? ÇÒÎÈ
Artinya : Ibrahim berkata: "Apakah kamu menyembah patung-patung yang kamu pahat itu ? ( QS. Ash-Shaffat : 95 ).
Surat Al-Anbiya’ [21]: 66-67
tA$s% šcr߉ç7÷ètGsùr& `ÏB Âcrߊ «!$# $tB Ÿw öNà6ãèxÿZtƒ $\«ø‹x© Ÿwur öNä.•ŽÛØtƒ ÇÏÏÈ 7e$é& ö/ä3©9 $yJÏ9ur šcr߉ç7÷ès? `ÏB Èbrߊ «!$# ( Ÿxsùr& šcqè=É)÷ès? ÇÏÐÈ
Artinya
: Ibrahim berkata: Maka mengapakah kamu menyembah selain Allah sesuatu
yang tidak dapat memberi manfaat sedikitpun dan tidak (pula) memberi
mudharat kepada kamu?"Ah (celakalah) kamu dan apa yang kamu sembah
selain Allah. Maka apakah kamu tidak memahami? ( QS. Al Anbiya : 66-67
).
Ini
seperti yang dikemukakan oleh ahli perkembangan Vygotsky, yang
menyatakan bahwa perkembangan kognitif seseorang akan berkembang apabila
dia berinteraksi dengan orang lain.
Selanjutnya,
jika manusia macet dan statis dalam berpikir, manusia akan kehilangan
karakteristiknya yang membedakan dirinya dengan hewan sebagaimana
termaktub dalam : (QS Al-Furqan [25]: 44;
÷Pr& Ü=|¡øtrB ¨br& öNèduŽsYò2r& šcqãèyJó¡o„ ÷rr& šcqè=É)÷ètƒ 4 ÷bÎ) öNèd žwÎ) ÄN»yè÷RF{$%x. ( ö@t/ öNèd ‘@|Êr& ¸x‹Î6y™ ÇÍÍÈ
Artinya
: Atau apakah kamu mengira bahwa kebanyakan mereka itu mendengar atau
memahami. mereka itu tidak lain, hanyalah seperti binatang ternak,
bahkan mereka lebih sesat jalannya (dari binatang ternak itu). ( QS. Al
Furqan : 44 ).
Surat An-Nahl [16]: 108;
šÍ´¯»s9'ré& šúïÏ%©!$# yìt7sÛ ª!$# 4’n?tã óOÎgÎ/qè=è% óOÎgÏèôJy™ur öNÏdÌ»|Áö/r&ur ( šÍ´¯»s9'ré&ur ãNèd šcqè=Ïÿ»tóø9$# ÇÊÉÑÈ
Artinya
: Mereka Itulah orang-orang yang hati, pendengaran dan penglihatannya
Telah dikunci mati oleh Allah, dan mereka Itulah orang-orang yang lalai.
( QS. An Nahl : 108 ).
Surat Al-Baqarah [2]: 2-7 :
y7Ï9ºsŒ Ü=»tGÅ6ø9$# Ÿw |=÷ƒu‘ ¡ Ïm‹Ïù ¡ “W‰èd z`ŠÉ)FßJù=Ïj9 ÇËÈ tûïÏ%©!$# tbqãZÏB÷sムÍ=ø‹tóø9$$Î/ tbqãK‹É)ãƒur no4qn=¢Á9$# $®ÿÊEur öNßg»uZø%y—u‘ tbqà)ÏÿZムÇÌÈ tûïÏ%©!$#ur tbqãZÏB÷sム!$oÿÏ3 tAÌ“Ré& y7ø‹s9Î) !$tBur tAÌ“Ré& `ÏB y7Î=ö7s% ÍotÅzFy$$Î/ur ö/ãf tbqãZÏ%qムÇÍÈ y7Í´¯»s9'ré& 4’n?tã “W‰èd `ÏiB öNÎgÎn/§‘ ( y7Í´¯»s9'ré&ur ãNèd šcqßsÎ=øÿßJø9$# ÇÎÈ ¨bÎ) šúïÏ%©!$# (#rãxÿx. íä!#uqy™ óOÎgøŠn=tæ öNßgs?ö‘x‹Rr&uä ÷Pr& öNs9 öNèdö‘É‹Zè? Ÿw tbqãZÏB÷sムÇÏÈ zNtFyz ª!$# 4’n?tã öNÎgÎ/qè=è% 4’n?tãur öNÎgÏèôJy™ ( #’n?tãur öNÏdÌ»|Áö/r& ×ouq»t±Ïî ( öNßgs9ur ë>#x‹tã ÒOŠÏàtã ÇÐÈ
Artinya
: Kitab (Al Quran) Ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka
yang bertaqwa ,(yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang
mendirikan shalat, dan menafkahkan sebahagian rezki yang kami
anugerahkan kepada mereka. Dan mereka yang beriman kepada Kitab (Al
Quran) yang Telah diturunkan kepadamu dan kitab-kitab yang Telah
diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan)
akhirat.Mereka Itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhan mereka,
dan merekalah orang-orang yang beruntung.Sesungguhnya orang-orang kafir,
sama saja bagi mereka, kamu beri peringatan atau tidak kamu beri
peringatan, mereka tidak juga akan beriman. Allah Telah mengunci-mati
hati dan pendengaran mereka, dan penglihatan mereka ditutup. dan bagi
mereka siksa yang amat berat. ( QS. Al Baqarah : 2-7 ).
Surat Al-Rum [30]: 59;
šÏ9ºx‹x. ßìt7ôÜtƒ ª!$# 4’n?tã É>qè=è% šúïÏ%©!$# Ÿw šcqßJn=ôètƒ ÇÎÒÈ
Artinya : Demikianlah Allah mengunci mati hati orang-orang yang tidak (mau) memahami. ( QS. Ar Rum : 59 ).
Surat Al-A’râf [7]: 100- 101
óOs9urr& ωôgtƒ z`ƒÏ%©#Ï9 šcqèOÌtƒ uÚö‘F{$# .`ÏB ω÷èt/ !$ygÎ=÷dr& br& öq©9 âä!$t±nS Nßg»uZö7|¹r& óOÎgÎ/qçRä‹Î/ 4 ßìt7ôÜtRur 4’n?tã öNÎhÎ/qè=è% óOßgsù Ÿw šcqãèyJó¡o„ ÇÊÉÉÈ y7ù=Ï? 3“tà)ø9$# Èà)tR y7ø‹n=tã ô`ÏB $ygͬ!$t6/Rr& 4 ô‰s)s9ur öNåkøEuä!%y` Nßgè=ߙ①ÏM»uZÉit7ø9$$Î/ $yJsù (#qçR$Ÿ2 (#qãZÏB÷sã‹Ï9 $yJÎ/ (#qç/¤‹Ÿ2 ÆÏB ã@ö6s% 4 šÏ9ºx‹x. ßìt7ôÜtƒ ª!$# 4’n?tã É>qè=è% tûïÍÏÿ»x6ø9$# ÇÊÉÊÈ
Artinya : Dan
apakah belum jelas bagi orang-orang yang mempusakai suatu negeri
sesudah (lenyap) penduduknya, bahwa kalau kami menghendaki tentu kami
azab mereka Karena dosa-dosanya; dan kami kunci mati hati mereka
sehingga mereka tidak dapat mendengar (pelajaran lagi)?
Negeri-negeri
(yang Telah kami binasakan) itu, kami ceritakan sebagian dari
berita-beritanya kepadamu. dan sungguh Telah datang kepada mereka
rasul-rasul mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata, Maka mereka
(juga) tidak beriman kepada apa yang dahulunya mereka Telah
mendustakannya. Demikianlah Allah mengunci mata hati orang-orang kafir. ( QS. Al A’raf 100-101 ).
Surat Al-An’âm [6]: 25 :
Nåk÷]ÏBur `¨B ßìÏJtGó¡o„ y7ø‹s9Î) ( $uZù=yèy_ur 4’n?tã öNÍkÍ5qè=è% ºp¨ZÏ.r& br& çnqßgs)øÿtƒ þ’Îûur öNÍkÍX#sŒ#uä #\ø%ur 4 bÎ)ur (#÷rttƒ ¨@à2 7ptƒ#uä žw (#qãZÏB÷sム$pkÍ5 4 #Ó¨Lym #sŒÎ) x8râä!%y` y7tRqä9ω»pgä† ãAqà)tƒ tûïÏ%©!$# (#ÿrãxÿx. ÷bÎ) !#x‹»yd HwÎ) çŽÏÜ»y™r& tû,Î!¨rF{$# ÇËÎÈ
Artinya
: Dan di antara mereka ada orang yang mendengarkani (bacaan)mu, padahal
kami Telah meletakkan tutupan di atas hati mereka (sehingga mereka
tidak) memahaminya dan (Kami letakkan) sumbatan di telinganya. dan
jikapun mereka melihat segala tanda (kebenaran), mereka tetap tidak mau
beriman kepadanya. sehingga apabila mereka datang kepadamu untuk
membantahmu, orang-orang kafir itu berkata: "Al-Quran Ini tidak lain
hanyalah dongengan orang-orang dahulu." ( QS. Al A.raf : 25 ).
Surat Muhammad [47]: 24.
Ÿxsùr& tbrã/y‰tGtƒ šc#uäöà)ø9$# ôQr& 4’n?tã A>qè=è% !$ygä9$xÿø%r& ÇËÍÈ
Artinya : Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Quran ataukah hati mereka terkunci? ( QS. Muhammad : 24 )
4. SaranaBelajar
Manusia
diciptakan oleh Allah dalam keadaan tidak berpengetahuan namun Allah
telah membekali manusia dengan sarana-sarana baik fisik maupun psikis
agar manusia dapat menggunakannya untuk belajar dan mengembangkan ilmu
dan teknologi untuk kepentingan dan kemaslahatan manusia.
Da1am
proses belajar atau mencari ilmu manusia telah diberi sarana fisik
berupa indra eksternal, yaitu mata dan telinga serta sarana psikis
berupa daya nalar atau intelektual
a. Sarana fisik
Dalam
Al-Quran di antara indra-indra eksternal, hanya mata dan telinga yang
sering disebut. Meskipun demikian, bukan berarti indra eksternal lainnya
seperti pencium, peraba. dan perasa tidak mempunyai fungsi penting
dalam kegiatan belajar, karena ada kalanya indra-indra tersebut membantu
manusia untuk lebih mudah memahami, apa yang mereka pelajari.
b. Sarana psikis
1) Akal
Akal
dapat diartikan sebagai daya pikir atau potensi inteligensi (Bastaman,
1997). Akal sebagai sarana psikis belajar, dijelaskan dalam surat
Al-Nahl ayat 78 dengan kata af’idah. Menurut Quraish Shihab (1992),
af’idah berarti “Daya Nalar’
yaitu
potensi/kemampuan berpikir logis, kata lain “akal”. Sedangkan dalam
Tafsir Ibnu Katsir, af’idah itu berarti akal yang menurut sebagian orang
tempatnya berada dalam jantung (qalb) sedangkan sebagian lainnya
menyatakan bahwa af’idah itu terdapat dalam otak. akal identik dengan
daya pikir otak yang mengantarkan pada pemikiran yang logis dan
rasional.
2) Qalb
Qalbu mempunyai dua arti. yakni fisik dan metafisik Qalbu
dalam arti fisik adalah jantung(heart),
Sedangkan
dalam arti metafisik, gaib dinyatakan sebagai karunia Tuhan yang halus
(lathifah), bersifat ruhaniah dan ketuhanan (rabbani)
Dalam
kamus Al- Munawwir (1984). arti fisikgalbu di samping “jantung” juga
“hati”. Dalam pengertian nonfisik,qalb diartikan sebagai al-’aql (akal),
al-dzakirah (ingatan; mental), danal- quwwah al- aqilah (daya pikir).
Sementara dalam kamus Al- Maurid, qalb nonfiksi diartikan: 1)
mind(akal/pikiran tersembunyi/pikiran rahasia).
Perbedaan
antara akal yang ada di otak kepala dengan akal yang tersembunyi di
hati ini menjelaskan dalam istilah tafakkur dan tadzakkur. Akal yang ada
di kepala dilukiskan dengan istilah tafakur, sementara akal di hati
dijelaskan dengan tadzakur, yakni berpikir abstrak.
D. Konsep Belajar menurut Tokoh-Tokoh Islam
Banyak. tokoh Islam yang memiliki kepedulian dan pemikirannya. tentang aktivitas belajar, di antaranya adalah AI- Ghazali dan al -Zarnuji.
1. M-Ghazali
a. Konsep ilmu
Al-Ghazali
juga dikenal sebagai salah satu tokoh sufi. Karena itu,
pemikiran-pemikirannya cenderung dipengaruhi oleh ilmu tasawuf yang
lebih menekankan pada masalah-masalah kerohanian kesederhanaan, dan
menjauhi keduniawian.
Berkaitan
dengan ilmu Al-Ghaza1i berpendapat, ilmu yang dipelajari dapat
dipandang dari dua segi, yaitu ilmu sebagai proses dan ilmu sebagai
objek.
b. Jenis ilmu
Menurut
Al- Ghazali, ilmu terdiri dan dua jenis yaitu ilmu kasbi (husbu1i) dan
ilmu ladunni (hudhuri). Ilmu kasbi adalah cara berpikir sistematik dan
metodik yang. dilakukan secara konsisten dan bertahap melalui Proses
pengamatan, penelitian, percobaan, dan penemuan.
Sedangkan
ilmu ladunni (hudburi) adalah ilmu yang diperoleh oleh orang-orang
tertentu dengan tidak melalui proses perolehan ilmu pada umumnya, akan
tetapi melalui proses pencerahan oleh hadirnya cahaya Ilahi dalam qalb.
Menurut
Al-Ghazali, dalam proses belajar mengajar sebenarnya terjadi aktivitas
ekplorasi pengetahuan sehingga menghasilkan perubahan-perubahan
perilaku.
A1-Ghazali
menganalogikan menuntut ilmu dengan menggunakan proses belajar mengajar
ini seperti seorang petani (guru) yang menanam benih (ilmu yang
dimiliki oleh guru) di tanah (murid)sampai ia menjadi pohon (perilaku).
Kemudian
A1-Ghaza1i membagi tahap-tahap abstraksi pada empat tahap.Pertama,
terjadi pada indra. Ketika indra menangkap sumber objek. ia harus berada
pada jarak tertentu dari objek dan dalam keadaan tertentu.Kedua,
terjadi pada al- khayal Kalau pada indra, hubungannya dengan objek harus
berada pada jarak tertentu dan situasi tertentu, sedangkan pada
al-khayal keharusan demikian tidak ada. A1-khayal menangkap objek tanpa
melihat, tetapi tangkapannya masih meliputi aksiden-aksiden dan
atribut-atribut tambahan seperti kualitas dan kuantitas (Muhammad Yassir
Nasution, 1972).
2. Burhanuddin Al-Zarnuji
a.
Konsep Pendidikan Al-Zarnuji tertuang dalam karya monumentalnya, kitab
“Ta’lim al-Muta’allim Thuruq aI- Ta’allurn”. Dari pembahasan kitab ini,
dapat diketahui tentang konsep pendidikan Islam yang dikemukakan
Al-Zarnuji, antara lain :
1. Pengertian ilmu dan keutamaannya;
2. Niat belajar
3. Memilih guru, ilmu, teman dan
4. hormati ilmu dan ulama;
5. Ketekunan, kontinuitas, dan cita-cita luhur;
6. Permulaan insensitas belajar serta tata tertibnya;
7. Tawakkal kepada Allah swt
8. Masa belajar
9. Kasih sayang dan memberi nasihat;
10.Mengambil pelajaran;
11.wara’ (menjaga diri dari yang syubhat dan haram) pada masa belajar
12. penyebab hafal dan lupa
13. masalah rezeki dan umur.
b. Metode pembelajaran
Dalam
kitab Ta’lim Muta’allirn Al-Zarnuji menjelaskan bahwa metode
pembelajaran meliputi dua kategori.Pertama, metode yang bersifat etik
mencakup niat dalam belajar.Kedua, metode yang bersifat teknik strategi
meliputi cara memilih pelajaran, memilih guru, memilih teman, dan
langkah-langkah dalam belajar.
b. Pemikiran A1-Zarnuji tentang pola hubungan guru murid
Ada beberapa pemikiran Al-Zarnuji dalam kitab Ta’lim al- Muta’allim yang memberi acuan terhadap pola hubungan guru dan murid.
1.
Murid tidak akan memperoleh ilmu yang bermanfaat tanpa adanya
pengagungan dan pemuliaan terhadap ilmu dan orang yang mengajarnya
(guru), menjadi semangat dan dasar adanya penghormatan murid terhadap
guru.
2. Kontekstualisasi
hubugan guru murid, menurut Al-Zarnuji, menunjukkan bahwa penempatan
guru pada posisi terhormat terkait oleh sosok guru yang ideal.
3.
Dalam bahasa Al-Zarnuji, guru ideal adalah guru yang alim, wira’i dan
mempunyai kesalehan sebagai aktualisasi keilmuan yang dimiliki serta
tanggung jawab terhadap amanat yang diemban untuk menggapai ridha Allah
Swt.
E. KONSEP BELAJAR BEHAVIORISME
Beberapa
para peneliti yang melakukan studi tentang belajar antara lain Ivan
Pavlov, Edward Lee Throndike, Guthrie, Burrhus Frederic Skinner, dan
Hull.
1. Ivan Pavlov
Akhir 1800-an, Ivan Pavlov, ahli fisika Rusia memelopori munculnya proses kondisioning responden (respondent conditioning) atau kondisioning klasik (clasical conditioning), karena itu disebut kondisioning Ivan Pavlov.
a. Teori belajar kondisioning klasik (classical conditioning)
Pavlov
mengamati, jika daging diletakkan dekat mulut anjing yang lapar anjing
akan mengeluarkan air liur. Hal ini terjadi karena daging telah
menyebabkan rangsangan kepada anjing, sehingga secara otomatis ia
mengeluarkan air liur.
Daging tersebut dengan stimulus yang tidak terkondisi (unconditioned stimulus).
Dan karena saliva terjadi karena otomatis pada dekat anjing tanpa
latihan atau pengondisian, maka keluarnya saliva pada anjing tersebut
dinamakan sebagai respons yang tidak dikondisikan (un response
conditioning).
Menurut eksperimen Pavlov, jika stimulus netral akan berubah menjadi stimulus yang terkondisikan (conditioning stimulus) dan memiliki kekuatan yang sama untuk mengarahkan respons anjing seperti ketika melihat anjing seperti ketika melihat daging.
b. Hukum-Hukum Kondisional Klasik
Pavlov akhirnya menemukan beberapa hukum pengondisian, yaitu pemerolehan (acquisition), pemadaman (extinction), generalisasi (generalization), diskriminasi (discrimination), dan kondisioning tandingan (Davidoff, 1981).
c. Penerapan prinsip-prinsip kondisioning klasik dalam kelas
Berikut ini beberapa tips yang ditawarkan oleh Woolfolk (1995) dalam menggunakan prinsip-prinsip kondisioning klasik di kelas.
1. Memberikan suasana yang meyenangkan ketika memberikan tugas-tugas belajar, misalnya:
a. menekankan pada kerja sama dan kompetisi antar kelompok dari individu
b. membuat kegiatan membaca menjadi menyenangkan dengan menciptakan ruang membaca (reading corner) yang nyaman dan enak serta menarik, dan lain sebagainya.
2. Membantu siswa mengatasi secara bebas dan sukses situasi- situasi yang mencemaskan atau menekan, misalnya:
a. mendorong siswa yang pemalu untuk mengajarkan siswa lain cara memahami materi pelajaran;
b. membuat tahap jangka pendek untuk mencapai tujuan jangka panjang,
c. jika
siswa takut berbicara di depan kelas, mintalah siswa untuk membacakan
sebuah laporan di depan kelompok kecil sambil duduk di tempat, kemudian
berikutnya dengan berdiri. Setelah dia terbiasa, kemudian mintalah dia
untuk membaca laporan di depan seluruh murid di kelas.
3. Membantu siswa untuk mengenal perbedaan dan persamaan terhadap situasi- situasi sehingga mereka dapat membedakan dan menggeneralisasikan secara tepat. Misalnya,dengan:
a. Meyakinkan siswa yang cemas ketika menghadapi ujian masuk sekolah yang lebih tinggi tingkatannya atau perguruan tinggi.
b.
Menjelaskan bahwa lebih baik menghindari hadiah yang berlebihan dari
orang yang tidak dikenal, atau menghindar tetapi aman dan dapat menerima
penghargaan dari orang dewasa ketika orang tua ada .
2. Edward Lee Throndike
Throndike
adalah psikologi Amerika yang pertama kali mengadakan eksperimen
hubungan S-R dengan hewan kucing melalui prosedur dan apparatus yang
sistematis (Fudyartanto, 2002). Eksperimennya yaitu:
a.kucing yang lapar dimasukkan dalam kerangkang (puzzle box) yang dilengkapi alat pembuka bila disentuh; b.
di luar kotak di taruh daging. Kucing dalam kerangkang bergerak ke sana
kemari mencari jalan untuk ke luar, tetapi gagal c. pada suatu ketika
kucing tanpa sengaja menekan sebuah tombol sehingga tanpa disengaja
pintu kotak kerangkang terbuka dan kucing dapat memakan daging di
depannya.
3. Burrhus Frederic Skinner
Teori belajar Skinner
Menurut Reber (Syah, 2003), operant adalah sejumlah prilaku atau respons yang membawa efek yang sama terhadap lingkungan dekat.
Tidak
seperti dalam respondent conditioning (yang responsnya didatangkan dari
stimulus tertentu), respons dalam operant conditioning terjadi tanpa
didahului oleh stimulus, melainkan oleh efek yang ditimbulkan
olehreinforc er.
Kalau
diamati, ternyata eksperimen skinner sama dengan eksperimen yang
dilakukan oleh Throndike. Bedanya, makanan (reinforcer) pada Throndike
ditunjukkkan terlebih dahulu, sedangkan pada Skinner reinforcer
ditunjukkan setelah sebuah tingkah laku terjadi.
Selain hukum law effect, teori belajar conditioning ini juga tunduk pada dua hukum operant conditioning dan law extinction.
Skinner menidefinisikan belajar pada prinsipnya sebagai sebuah konsekuen Yang
menguatkan tingkah laku (atau frekuensi tingkah laku). Keefektifan
sebuah reinforcemen dalam proses belajar perlu di tunjukkan.
4. Edwin R Guttie
a. Teori belajar menurut Gutrie Edwin R gutrie adalah salah satu penemu teori pembiasaan asosiasi dekat (continuitas conditioning theory ). Dengan kata lain , teori ini menyatakan bahwa belajar adalah kedekatan hubungan antar stimulus dan respons relevan
b . Memutus kebiasaan Untuk menghentikan kebiasaan yang inappropriate ( tidak sesuai ), maka kebiasaan itu perlu di putus .
c. Punishment( hukuman) .
Berbeda dengan reinforcemen yang tidak terlalu berperan dalam proses
belajar Hukuman (punishment ) mempunyai pengaruh penting mengubah
perilaku seseorang.
d. Eksperimen Gutrie
Salah
satu eksperimen yang dilakukan oleh Gutrie untuk mendukung teori
kontiguitas adalah percobaannya dengan kucing yang dimasukkan kedalam
kotak puzel Dari hasil eksperimen tersebut, muncul beberapa prinsip
dalam teori kontinuitas yaitu :
1. Agar terjadi pembiasaan maka organisma harus selalu merespons atau melakukan sesuatu ;
2.
pada saat belajar melibatkan pembiasaan terhadap gerakan- gerakan
tertentu , oleh karena itu instruksi yang diberikan harus spesifik
3. Keterbukaan terhadap berbagai bentuk stimulus yang ada merupakan keinginan untuk menghasilkan respons secara umum;
4. Respons terakhir dalam belajar harus benar ketika itu menjadi di sesuatu yang akan diasosiasikan ;
5. Asosiasi akan menjadi lebih kuat karena ada pengulangan.
5. Clark hull
Hull
telah mengembangkan sebuah teori dalam versi behaviorisme ia menyatakan
bahwa stimulus (s) mempengaruhi organisme (o) dan menghasilkan respons
(R) itu tergantung pada karakteristik O dan S . dengan kata lain Hull
telah berminat terhadap studi yang mempelajari variabel intervening yang
mempengaruhi perilaku seperti dorongan atau keinginan, insentif ,
penghalang dan kebiasaan. Teori Hull ini disebut dengan teori mengurangi
dorongan ( drive reductin theory ).
Namun , lepas dari kelebihan yang dimilikinya teori belajar behavioristik ini
juga memiliki kelemahan-kelemahan ( Syah,2003 ) antara lain:
1.
proses belajar dipandang sebagai kegiatan yang diamati langsung ,
padahal belajar adalah kegiatan yang ada dalam sistem syaraf manusia
yang tidak terlihat kecuali melalui gejalahnya;
2. Proses
belajar dipandang bersifat otomatis –mekanis sehingga terkesan seperti
mesin atau robot , padahal manusia mempunyai keampuan self regulation
danself control yang bersifat kognitif.
3.
Proses belajar manusia yang dianalogikakan dngan hewan sangat sulit
diterima , mengingat ada perbedaan yang cukup mencolok antara hewan dn
manusia.
E. Teori Gestalt
Psikologi
kognitif muncul dipengaruhi oleh psikologi gestalt, dengan
tokoh-tokohnya seperti Wolfgang, Kohler, dan Kurt Koffka. Berbeda dengan
teori yang dikemukakan oleh tokoh behaviorisme, terutama Thorndike,
yang menganggap bahwa belajar sebagai trialand error, teori Gestalt ini
memandang belajar adalah proses yang didasarkan pada pemahaman
(insight).
Eksperimen I
Simpanse
dimasukkan dalam sangkar atau ruangan dan di dalam sangkar tersebut
terdapat sebatang tongkat. Di luar sangkar diletakkan sebuah pisang.
Problem yang dihadapi oleh simpanse adalah bagaimana simpanse dapat
mengambil pisang tadi untuk dimakan. Pada awalnya dimasukkan sangkar,
simpanse berusaha untuk mengambil pisang tersebut, tetapi selalu gagal
karena tangannya tidak sampai untuk mengambil pisang tersebut. Kemudian
simpanse melihat sebatang tingkat dan timbul pengertian untuk meraih
pisang tersebut dengan menggunakan tongkat itu.
Eksperimen II
Problem
yang dihadapi oleh simpanse masih sama dengan eksperimen I, yaitu
pisang masih ada di luar sangkar. Akan tetapi pisang tersebut dapat
diraih jika tongkat dapat disambung. Jadi ada dua batang tongkat dalam
sangkar yang dapat disambung.
Eksperimen III
Problem
yang dihadapi diubah, yakni pisang diletakkan di gantung diatas sangkar
sehingga simpanse tidak dapat meraih pisang tersebut. Di sudut sangkar
diletakkan sebuah kotak yang kuat untuk dinaiki oleh simpanse, maka
timbullah pemahaman (insight) dalam diri simpanse, yakni menghubungkan
kotak tersebut dengan pisang. Lalu kotak tersebut diambil dan ditaroh
tepat di bawah pisang. Selanjutnya, simpanse menaiki kotak dan akhirnya
ia dapat meraih pisang tersebut.
Exsperimen IV
Sama
dengan eksperimen tiga, pisang ditaruh di atas sangkar dan ada kotak,
hanya saja pada eksperimen ini ada dua kotak yang dapat disambung untuk
dinaiki dan digunakan untuk meraih pisang. di atas sangkar.
Proses belajar yang menggunakan insight (insightful learning) mempunyai ciri-ciri sebagai berikut (Suryabrata, 1990)
1. Insight tergantung pada kemampuan dasar
2. Insight tergantung kepada pengalaman masa lampau
3. Insight tergantung kepada pengaturan situasi yang dihadapi.
4. Insight didahului dengan periode mencari dan mencoba- coba
5. Solusi problem dengan menggunakan insight dapat diulang dengan mudah, dan akan berlaku secara langsung
6. Jikainsight telah terbentuk, maka problem pada situasi-situasi yang lain akan dapat dipecahkan.
F. KONSEP BELAJAR KONSTRUKTIVISME
1. Pandangan Konstruktivisme tentang Belajar
Salah satu pandangan tidak begitu saja memberikan pengetahuan kepada siswa tetapi siswalah yang harus aktif membangun pengetahuan dalam pikiran mereka sendiri.
Secara
filosifis, belajar menurut teori konstruktivisme adalah membangun
pengetahuan sedikit demi sedikit, yang kemudian hasilnya diperluas
melalui konteks yang terbatas dan tidak sekonyong-konyong.
Oleh
karena itu. Slavin (1994) mengatakan bahwa proses belajar dan
pembelajaran siswa harus siswa harus terlibat aktif dan siswa menjadi
pusat kegiatan belajar dan pembelajaran di kelas.
2. Akar Sejarah Konstruktivisme
Revolusi
konstruktivisme mempunyai sejarah akar yang kuat dalam sejarah
pendidikan. Perkembangan konstruktivisme dalam belajar tidak terlepas
dari usaha keras Jean Piaget dan Vygotsky. Kedua tokoh ini menekankan
bahwa perubahan kognitif ke arah perkembangan terjadi ketika
konsep-konsep yang sebelumnya sudah ada mulai bergeser karena ada sebuah
informasi baru yang diterima melalui proses ketidakseimbangan(dis equilibrium)
3.Belajar Konstruktivisme Jean Piaget
Menurut
Piaget, manusia memiliki struktur pengetahuan dalam otaknya, seperti
sebuah kotak-kotak yang masing- masing mempunyai makna yang
berbeda-beda.
Dalam adaptasi ini Piaget mengemukakan empat konsep dasar (Nirhadi 2004) yaitu Skemata, asimilasi, akomodasi, dan keseimbangan.
Pertama, skemata. Manusia selalu berusaha menyesuaikan diri dengan lingkungannya ,Kedua,
asimilasi. Asimilasi merupakan proses kognitif dan penyerapan
pengalaman baru ketika seseorang memadukan stimulus atau persepsi ke
dalam skemata atau perilaku yang sudah ada. Ketiga, akomodasi. Akomodasi adalah suatu proses struktur kognitif yang berlangsung sesuai dengan pengelaman baru. Keempat, keseimbangan (equilibrium).
4.Konsep Belajar Konstruktivisme Vygotsky
Salah
satu konsep dasar pendekatan konstruktivisme dalam belajar adalah
adanya interaksi sosial individu dengan lingkungannya. Menurut Vygorsky
(Elliot, 2003.52) belajar adalah sebuah proses yang melibatkan dua
elemen penting . Pertama. Belajar merupakan proses secara biologis
sebagai proses dasa. Kedua, proses secara psikososial sebagai proses
yang lebih tinggi dan esensinya berkaitan dengan lingkungan sosial
budaya.
Vygorsky percaya bahwa belajar dimulai ketika seorang anak dalam perkembangan zone proximal,
yaitu suatu tingkat yang dicapai oleh seorang anak ketika ia melakukan
perilaku sosial. Zone ini juga dapat diartikan sebagai seorang anak yang
tidak dapat melakukan sesuatu sendiri tetapi memerlukan bantuan
kelompok atau orang dewasa.
Menurut Vygotsky, pentingnya interaksi sosial dalam perkembangan kognitif telah melahirkan konsep perkembangan kognitif. Vygotsky membagi perkembangan kognitif yang didasarkan pada perkembangan bahasa menjadi empat tahap (Ellio, 2003) yaitu preintellectual speech, naive psychology dan
egocentric speech, dan inner speech Preintelectual speech yaitu
tahap awal dalam perkembangan kognitif ketika manusia baru lahir, yang
ditunjukkan dengan adanya proses dasar secara biologis (menangis
mengoceh, dan gerakan-gerakan tubuh seperti menghentakkan kaki,
menggoyangkan tangan) yang secara perlahan-lahan berkembang menjadi bentuk yang lebih sempurna seperti berbicara dan berperilaku.
Naive psychology, yaitu tahap kedua dari perkembangan bahasa ketika seorang anak `mengeksplore' atau menggali objek-objek konkret dalam dunia mereka.
Egocentricspeech, Tahap ini terjadi pada anak usia 3 tahun. Inner speech. Tahap ini memberikan fungsi yang penting dalam mengarahkan perilaku seseorang.
Ide
dasar lain dari teori belajar, Scaffolding adalah memberikan dukungan
dan bantuan kepada seorang anak yang sedang pada awal belajar, kemudian
sedikit demi sedikit mengurangi dukungan atau bantuan tersebut setelah
anak mampu untuk memecahkan problem dari tugas yang dihadapinya.
5. Strategi Belajar Konstruktivisme
Pendekatan
belajar konstruktivisme memiliki beberapa strategi dalam proses
belajar. Strategi belajar (Slavin, 1994) tersebut adalah:
a. Top down processing.
b. Cooperative learning
c. Generative Learning.Strategi ini menekankan pada adanya integrasi yang aktif antara materi atau pengetahuan yang baru diperoleh dengan skema.
6. Model-Model Pembelajaran Berdasarkan Prinsip-Prinsip Konstruktivisme
Beberapa model pembelajaran yang didasarkan pada konstruktivisme adalah discover learning; assisted learning, active learning, the accelerated learning, quantum learning, dan contextual teaching and learning.
1. Discovery learning
Salah satu model pembelajaran kognitif yang paling berpengaruh adalah discovery learning
nya Jerome Bruner (Slavin, 1994), yaitu siswa didorong untuk belajar
dengan diri mereka sendiri. Discovery learning telah banyak aplikasinya
dalam keilmuan. Discovery learning mempunyai beberapa keuntungan dalam
belajar, antara lain siswa memiliki motivasi dari diri sendiri untuk
menyelesaikan pekerjaannya sampai mereka menemukan jawaban-jawaban atas
problem yang dihadapi mereka.
2. Assisted learning
Assisted learning mempunyai peran yang sama perkembangan kognitif individu. Vygotsky menyatakan bahwa perkembangan kognitif terjadi melalui interaksi dan percakapan seorang anak dengan lingkungan sekitarnya, baik dengan teman sebaya, orang lain dalam lingkungannya.
Jerome
Bruner menyebut bantuan orang dewasa dalam proses belajar anak dengan
istilah Scaffolding, yaitu sebuah dukungan untuk belajar dan memecahkan
problem.
3. Active Learning
Active learning artinya pembelajaran aktif. Menurut Melvin L. Silberm-
belajar bukan merupakan konsekuensi otomatis dari penyampaian informasi
kepada siswa. Belajar membutuhkan keterlibatan mental dan tindakan
sekaligus.
Menurut
Silberman, cara belajar dengan cara mendengar- kan akan lupa, dengan
cara mendengarkan dan melihat akan ingat sedikit, dengan cara
mendengarkan, melihat, dan mendiskusikan dengan siswa lain akan paham,
dengan cara mendengar, melihat, diskusi, dan melakukan akan memperoleh
pengetahuan dan keterampilan dan cara untuk menguasai pelajaran yang
terbagus dengan mengajarkan.
4. The accelerated learning
The accelerated learning adalah pembelajaran yang dipercepat Pemilik konsep ini, Dave Meier, menyarankan kepada guru agar dalam mengelola kelas menggunakan pendekatan Somatic Auditory Visual,d an Intellectual (SAVI) Somatic dimaksudkan sebagai learning by moving and doing (belajar
dengan bergerak dan berbuatAuditory adalah learning by talking hearing
(belajar dengan berbicara dan mendengarkan). Visualartinya learning dengan mengamati dan menggambarkan.intellektual maksudnya adalah learning by problem solving and reflecting (belajar dengan pemecahan
masalah dan melakukan refleksi)
5. Quantum learning
Quantum di definisikan sebagai interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya. Semua kehidupan adalah energi. Sedang learning
artinya belajar. Belajar bertujuan meraih sebanyak cahaya: interaksi,
hubungan, dan inspirasi agar menghasilkan energi cahaya. Dengan demikian
quantum learning adalah cara pengubahan bermacam-macam interaksi
hubungan dan inspirasi yang ada di dalam dan sekitar momen belajar
(Bobbi DePorter dan Mike Hernacki, 2000) Dalam praktiknya,quantum learning
menggabungkan sugestologi, teknik pemercepatan belajar, dan
neurolinguistik dengan teori, keyakinan, dan metode tertentu (Bobbi
DePorter dan Mike Hernacki, 2000).
6. Contextual teaching and learning (CTL)
Pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning)
adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan situasi dunia nyata
siswa membuat hubungan antar pengetahuan dalam kehidupan mereka
sehari-hari. Strategi pembelajaran lebih dipentingkan daripada hasil
(Murhadi; Yasin, Burham Senduk A Gerad, 2004),
Penerapan CTL dalam kelas cukup mudah. Secara garis besar, langkanya adalah berikut ini:
1. Kembangkan
pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja
sendiri menemukan dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan ketrampilan
barunya.
2. Langsungkan sejauh mungkin kegiatan inquiti untuk semua topik
3. Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya;
3. Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya;
4 Ciptakan`masyarakat belajar" (belajar dalam kelompok-kelompok)
5. Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran
5. Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran
6. Lakukan refleksi di akhir pertemuan;
7. Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara.
Proses belajar dalam experiential learning juga
didasarkan pada pengalaman, sama seperti contextual teaching and
learning (CTL) Kedua model belajar tersebut mempunyai konsep bahwa ilmu
pengetahuan diperoleh dari memahami dan mentransformasi pengalaman.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan :
1. Bahwa
belajar adalah sebuah kegiatan untuk mencapai kepandaian atau ilmu. Di
sini, usaha untuk mencapai kepandaian atau ilmu merupakan usaha manusia
untuk memenuhi kebutuhannya mendapatkan ilmu atau kepandaian yang belum
dipunyai sebelumnya.
Belajar
merupakan proses manusia untuk mencapai berbagai macam kompetensi,
keterampilan, dan sikap. Belajar dimulai sejak manusia lahir sampai
akhir hayat.
2. Menurut pendapat ahli pendidikan Islam yang dimaksud dengan belajar adalah :
a.
Bahwa orang yang belajar akan dapat memiliki ilmu pengetahuan yang akan
berguna untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapi oleh manusia
dalam kehidupan.
b.
Allah melarang manusia untuk tidak mengetahui segala sesuatu yang
manusia lakukan. Apapun yang dilakukan, manusia harus mengetahui kenapa
mereka melakukannya. Dengan belajar pula manusia akan memiliki ilmu
pengetahuan dan terhindar dari taqlid buta.
c.
Dengan ilmu yang dimiliki manusia melalui proses belajar, maka Allah
akan memberikan derajat yang lebih tinggi kepada hambanya.
DAFTAR PUSTAKA
Baharuddin dan Wahyuni Nur, Teori-teori Belajar dan Pembelajaran, Jogjakarta, 2010 Ar-Ruzz Media
Simandjuntak dan IL. Pasaribu, Psikologi Perkembangan, Tarsito, Bandung. 1981
Nata Abuddin, Perspektif Islam tentang Strategi Pembelajaran, Jakarta, 2009, Prenada Media Group
_________________, Metodologi Studi Islam, Jakarta, 2003, Raja Grafindo Persada
Nasution, Didaktik Asas-asas Mengajar, Jakarta 1995, Bumi Aksara
Oemar Hamalik, Psikologi Belajar dan Mengajar, Sinar Baru Algensindo, Jakarta, 2000
________________, Psikologi Belajar Mengajar,Bandung :Sinar baru algensindo,th 2010
Paul Suparno, Filsafat Konstruktivisme Dalam Pendidikan, Kanisius, Yogyakarta, 1997
Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya, Rineka Cipta, Jakarta, 1995
Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, Rajawali Pers, Jakarta, 1987W.H. Burton, The Guidances of Learning Activities, Appleton Century Crofts, New York, 1952